Minggu, 06 April 2014

I Can See You

Hari itu Hari pertama ku di sebuah kota bernama Malang. Hari itu pula hari pertamakau memulai pekerjaanku sebagai seorang guru di sebuah tempat bimbingan belajar bernama “ meraih bintang’’ .sejak kecil aku memimpikan pekerjaan tersebut karena menurutku membagi ilmu akan memberikan kepuasan tersendiri dalam dada orang  yang membagi tersebut. Meskipun aku masih menjadi mahasiswa semester 5  disebuah universitas di malang, aku siap membagi ilmu yang kupunya.
                “ Deni! Tempat sabunnya mana?!!
                “ di pojokan belakang pintu Ton.aku berangakat dulu ya nanti keburu telat.”
                “ Gaya banget kamu. mentang mentang mau mulai ngajar.”
                “ iya dong. Aku gak mau ngecewain calon muridku”
                Halllahhh.. gaya mu iku lho! Ya udah sana hati hati”
                Dia Tono. Teman sekamar kos.Dia anak yang baik tapi agak sedikit ceroboh. Hanya urusan tempat sabun mandi saja dia harus menanyakannya padaku setiap hari.Tapi jauh dari itu semua dia adalah sahabat yang selalu ada saat kubutuh termasuk saat populasi isi dompet menipis.
                 Akhirnya aku sampai juga di tempat bimbingan belajar ini. Dan di gardu di perempatan jalan tersebut aku melihat seorang gadis dengan rambut sebahu , gadis tersebut memejamkan matanya dan tersenyum menengadah kelangit. Gadis yang terlihat periang dengan senyum yang terus mengembang. Aku tidak medekatinya karena aku takut telat pada hari pertama mengajarku ini.
   “ Assalamualaikum “
   “ walaikumsalam.. Deni ya? Staf pengajar baru ya? Ayaoo silahkan masuk”
“ iya mbak makasih .. mbak resepsionis ya?
“ hahaha,, panggil saja nina”
 “ iya mbak nina makasih... saya masuk dulu.. Ruangannya dimana ya mbak?”
“ di 107”
***
   Treeeetttt!!!!!!!
                Bel untuk mengakiri pelajaran pun terdengar dan sorak kegirangan anak anak pun ikut meramaikan suasana. Anak SMA Seperti Mereka Memang tidak bisa di paksa belajar terlalu lama hanya akan membuat penat. Karena bagaiamapun aku “pernah muda’’ ( Lagu BCL).
                “ udah mas?”
                “udah mabak nin... eh mbak nin..’
                “iya ada apa mas ada yang mau di tanyain?”
                “ itu lho mbak..cewek yang gardu perempatan depan itu lho. Kok dia masih di situ sih dari awal saya dateng sampek sekarang. Saya pikir dia murid sini. Soalanya kayaknya dia masiih SMA gitu deh.”
                “ ohhh itu..... iya dia memang suka duduk di situ mas. Kita  gak penah ada yang tau dia siapa dan anak mana. Karena sepertinya dia punya dunia sendiri seperti gak mau di ganggu. Sempet saya tanyakan pada aanak anak yang les disini tapi ga ada yang tahu tentang dia.jadi, kami memutuskan untuk tidak mengganggu dia.”
“ ohh gitu ya mbak. Iya sih mbak dia kayak punya dunia sendiri  karena waktu saya lewat tadi dia merem terus tersenyum ngadep kelangit gitu.’’
“ yaudah lah mas.. gak usah di pusingin. Tapi kalu mas penasaran. Mas semperin aja.apa jangan-jangan mas suka ya sama dia? “
“aahhh mbak ini ngarang aja. Gimana saya suka wong saya baru liat hari ini. Dan saya belum liat wajahnya dengan jelas juga.”
***
                Sejak saat itu aku melihat Gadis itu setiap aku pergi  mengajar. Aku melihatnya dengan posisi yang sama saat petama kali aku melihatnnya. Memejamkan mata dan tersenyum kearah lagit. Aku telah bercerita tentangnnya kepada Tono.dan dengan lagak sok taunya di menyarankanku untuk menghampiri gadis itu. Tapi kurasa dia ada benarnya dan hari itu aku putuskan untuk mengahampirinya untuk menenuntaskan rasa penasaranku kepada gadis tersebut dan tak hanya melihatnya dari jauh.
  Setelah mengajar, hari itu ini aku melihatnya disana, di gardu perempatan itu dengan posisi yang sama hanya dengan pakaian yang berbeda. Kuberanikan diri untuk menghampirinya.
                ” Siapa kamu? Mau apa? “
 Belum sempat aku mengatakan sesuatu. Sepertinya dia telah menyadari kedatangaanku tanpa membuka matanya.
                “ ehmm.. aku hanya ingin menyapamu..” jawabku yang terkesan lirih.
                “ untuk apa? Apa kamu tidak takut?”
                ‘ kenapa harus takut? Apa yang harus aku takutkan?”
                “ ini.”
                “ hhhaahh?!!!!!”
 Seketika dia membuka matanya dan aku terkejut karena di matanya hanya terdapat satu warna yaitu putih. Aku tidak menemukan bola mata disana. Itu cukup mengagetkan.
                “ Tuh kan kamu pasti takut. Sama seperti orang lain yang setiap kali mereka melihatku akan meneriakiku hantu.”
                “ enggak kok aku gak takut.aku Cuma agak kaget aja tadi. Tapi aku gak takut. Siapa nama kamu?”
                “ Rita. Kamu?”
                “ aku Deni. Ohya Rita kamu ngapain disini?”
                “ aku menunggu pelangi.”
                “ menunggu pelaangi? Tapi maaf ya, bukannya kamu gak bisa ngeliat?”
                “ kamu bener. Aku emang buta. Tapi aku hanya ingin menunggu pelangi. Apa aku salah?’
                “ oohh engga kok. Semua orang berhak menunggu pelangi sekalipun dia tidak bisa melihat. Tapi bolehkan aku bertannya kenapa kamu suka menunggu pelangi?”
                “ ibuku selalu bercerita pelangi itu indah dan berwarna warni. Aku selalu membayangkan betapa indahnya pelangi itu dan menunggunya setiap hari.”
                “ ibu mu? Apakah dia tahu kamu sering kemari? Mengapa dia tidak menemanimu?”
                “ dia tahu kalau aku sering kemari tapi aku melarangnnya untuk ikut bersamaku karena dia akan sanagat cerewet sekali.. hahaha tapi aku sayang padanya.”
  Gadis tersebut tertawa renyah saat bercerita. Entah kenapa pertemuan pertama ini membuatku ingin menjumpainya terus dan terus seperti layaknya aku ingin melihat matahari terbit. Kami pun semakin lama semakin akrab dan kami sering bermain bersama. aku mulai tahu bahwa dia adalah murid kelas 3 SMA di SLB. Tapi aku tidak pernah tahu dimana rumahnya karena dia tidak penah memberitahukan padaku. Diluar ketidaksempurnaan matanya, dia memiliki wajah yang manis dan senyum yang menawan. Kulitnya yang langsat dan postur badannya yang proporsional menutupi ketidaksempurnaannya. Dia sempurna bagiku, dia gadis yang hebat dan kuat serta periang dia mengajariku banyak hal tentang hidup. Aku menyadari kalau aku mencintainya. Dan aku berniat menyatakan perasaanku hari ini. Kuharap dia tIdak akan menolak ku.
***
                Aku berdandan Rapi dan tidak seperti biasanya. Aku tahu dia tidak akan melihatku mengenakan baju serapi ini tapi aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuknya. Untuk orang yang aku cintai. Ku bawa rangkaian bunga untuknya.walaupun dia tidak melihat bunganya tapi dia dapat mencium harumnya.aku siap. Aku siap untuk menyatakan perasaanku untuknya.
                 “ Rita?”
                “iya?”
                “ aku gak tau perasaan ini muncul sejak kapan? Aku gak tau kapan aku mulai sayang sama kamu. Aku takut kelihangan kamu. Aku tahu kamu gak pernah melihat wajahku. Mungkin aku tidak cukup tampan seperti pengeran pujaanmu tapi aku siap, aku siap untuk menjadi mata mu melihat indahnya dunia ini dan akan kugambarkan semuanya.maukah kamu jadi pacar ku?”
                “ Den, kamu pria yang baik. Dan aku tahu kamu sayang sama aku.aku tersanjung kamu mau jadi mata buat aku. Tapi, aku gak bisa. Sebentar lagi aku akan pergi setelah UNAS bulan depan dan melanjutkan pendidikan ku di tempat lain. Maaf”
                “ tapi...”
                “maaf, aku harap kamu bisa ngerti.”
***
  Sejak saat itu aku tidak melihatnya lagi disana, diperempatan itu, tempat dimana kami bersama menghabiskan waktu dengan tawa renyahnya. Aku rasa di mulai sibuk mepersiapkan UNAS nya dan aku tidak akan menggangunya.Seminggu setelah UNAS, mbak nina menghubungiku untuk datang ke tempat les karena ada yang mencariku.aku heran, tapi aku pun segera kesana.
                “ Ada apa mbak?”
                “ ini Den, ada yang cari kamu.”
 Aku menemukan sesosok ibu-ibu yang seumuran dengan ibuku sedang menangis sedu dan menatap ku seraya berkata.
                “ kamu Deni?”
                “ iya. Ada apa ya bu?”
                “ Deni,  saya ibunya Rita. Rita sudah Meninggal. Dia meminta ibu untuk mengabarimu di hari dia meninggalkan dunia ini. Kanker otak telah merenggut nyawanya. Hikkksss..”
                “ APA?!!!”
                 Dadaku terasa sesak dan hancur rasanya perasaanku. Aku agak tau harus berkata apa lagi. Aku hanya menagis.aku tidak tahu harus berbuat saat seseorang kita cintai pergi dan meninggalkan kita dengan mendadak seprti ini. Hari terakhirku melihatnya, kini telah tiba.
***
                Rita, kini dedepanku hany terdapt jasadnya yang tetap terlihat periang manis dan membuat jantungku selalu berdebar kencang saat didekatnya. Tak ada yang berubah darinya, hanya sedikit pucat dan takbernyawa. Tak ada satu katapun yang dapat keluar dari mulutku, seakan semuanya kata dan tenagaku pergi bersamanya.aku takbisa menahan air mataku dan kemudian. Gelap.

.... bersambung.......