Hari itu Hari pertama ku di sebuah
kota bernama Malang. Hari itu pula hari pertamakau memulai pekerjaanku sebagai
seorang guru di sebuah tempat bimbingan belajar bernama “ meraih bintang’’ .sejak
kecil aku memimpikan pekerjaan tersebut karena menurutku membagi ilmu akan
memberikan kepuasan tersendiri dalam dada orang yang membagi tersebut. Meskipun aku masih
menjadi mahasiswa semester 5 disebuah universitas
di malang, aku siap membagi ilmu yang kupunya.
“
Deni! Tempat sabunnya mana?!!
“
di pojokan belakang pintu Ton.aku berangakat dulu ya nanti keburu telat.”
“
Gaya banget kamu. mentang mentang mau mulai ngajar.”
“
iya dong. Aku gak mau ngecewain calon muridku”
“ Halllahhh.. gaya mu iku lho! Ya udah sana hati hati”
Dia Tono. Teman sekamar kos.Dia
anak yang baik tapi agak sedikit ceroboh. Hanya urusan tempat sabun mandi saja
dia harus menanyakannya padaku setiap hari.Tapi jauh dari itu semua dia adalah
sahabat yang selalu ada saat kubutuh termasuk saat populasi isi dompet menipis.
Akhirnya aku sampai juga di tempat bimbingan
belajar ini. Dan di gardu di perempatan jalan tersebut aku melihat seorang gadis
dengan rambut sebahu , gadis tersebut memejamkan matanya dan tersenyum menengadah
kelangit. Gadis yang terlihat periang dengan senyum yang terus mengembang. Aku
tidak medekatinya karena aku takut telat pada hari pertama mengajarku ini.
“ Assalamualaikum “
“ walaikumsalam.. Deni ya? Staf pengajar
baru ya? Ayaoo silahkan masuk”
“ iya mbak
makasih .. mbak resepsionis ya?
“ hahaha,,
panggil saja nina”
“ iya mbak nina makasih... saya masuk dulu..
Ruangannya dimana ya mbak?”
“ di 107”
***
Treeeetttt!!!!!!!
Bel
untuk mengakiri pelajaran pun terdengar dan sorak kegirangan anak anak pun ikut
meramaikan suasana. Anak SMA Seperti Mereka Memang tidak bisa di paksa belajar
terlalu lama hanya akan membuat penat. Karena bagaiamapun aku “pernah muda’’ (
Lagu BCL).
“ udah mas?”
“udah mabak nin... eh mbak
nin..’
“iya ada apa mas ada yang mau di
tanyain?”
“ itu lho mbak..cewek yang gardu
perempatan depan itu lho. Kok dia masih di situ sih dari awal saya dateng sampek
sekarang. Saya pikir dia murid sini. Soalanya kayaknya dia masiih SMA gitu
deh.”
“ ohhh itu..... iya dia memang
suka duduk di situ mas. Kita gak penah
ada yang tau dia siapa dan anak mana. Karena sepertinya dia punya dunia sendiri
seperti gak mau di ganggu. Sempet saya tanyakan pada aanak anak yang les disini
tapi ga ada yang tahu tentang dia.jadi, kami memutuskan untuk tidak mengganggu
dia.”
“ ohh gitu ya mbak. Iya sih mbak dia kayak punya dunia sendiri karena waktu saya lewat tadi dia merem terus tersenyum ngadep kelangit gitu.’’
“ yaudah lah mas.. gak usah di pusingin. Tapi kalu mas penasaran. Mas
semperin aja.apa jangan-jangan mas suka ya sama dia? “
“aahhh mbak ini ngarang aja. Gimana saya suka wong saya baru liat hari ini. Dan saya belum liat wajahnya dengan
jelas juga.”
***
Sejak saat itu aku melihat Gadis
itu setiap aku pergi mengajar. Aku
melihatnya dengan posisi yang sama saat petama kali aku melihatnnya. Memejamkan
mata dan tersenyum kearah lagit. Aku telah bercerita tentangnnya kepada Tono.dan
dengan lagak sok taunya di menyarankanku untuk menghampiri gadis itu. Tapi kurasa
dia ada benarnya dan hari itu aku putuskan untuk mengahampirinya untuk menenuntaskan
rasa penasaranku kepada gadis tersebut dan tak hanya melihatnya dari jauh.
Setelah mengajar, hari itu ini aku melihatnya
disana, di gardu perempatan itu dengan posisi yang sama hanya dengan pakaian yang
berbeda. Kuberanikan diri untuk menghampirinya.
” Siapa kamu? Mau apa? “
Belum sempat aku mengatakan sesuatu.
Sepertinya dia telah menyadari kedatangaanku tanpa membuka matanya.
“ ehmm.. aku hanya ingin
menyapamu..” jawabku yang terkesan lirih.
“ untuk apa? Apa kamu tidak
takut?”
‘ kenapa harus takut? Apa yang
harus aku takutkan?”
“ ini.”
“ hhhaahh?!!!!!”
Seketika dia membuka matanya dan aku terkejut
karena di matanya hanya terdapat satu warna yaitu putih. Aku tidak menemukan
bola mata disana. Itu cukup mengagetkan.
“ Tuh kan kamu pasti takut. Sama
seperti orang lain yang setiap kali mereka melihatku akan meneriakiku hantu.”
“ enggak kok aku gak takut.aku
Cuma agak kaget aja tadi. Tapi aku gak takut. Siapa nama kamu?”
“ Rita. Kamu?”
“ aku Deni. Ohya Rita kamu
ngapain disini?”
“ aku menunggu pelangi.”
“ menunggu pelaangi? Tapi maaf
ya, bukannya kamu gak bisa ngeliat?”
“ kamu bener. Aku emang buta.
Tapi aku hanya ingin menunggu pelangi. Apa aku salah?’
“ oohh engga kok. Semua orang
berhak menunggu pelangi sekalipun dia tidak bisa melihat. Tapi bolehkan aku
bertannya kenapa kamu suka menunggu pelangi?”
“ ibuku selalu bercerita pelangi
itu indah dan berwarna warni. Aku selalu membayangkan betapa indahnya pelangi
itu dan menunggunya setiap hari.”
“ ibu mu? Apakah dia tahu kamu
sering kemari? Mengapa dia tidak menemanimu?”
“ dia tahu kalau aku sering
kemari tapi aku melarangnnya untuk ikut bersamaku karena dia akan sanagat
cerewet sekali.. hahaha tapi aku sayang padanya.”
Gadis
tersebut tertawa renyah saat bercerita. Entah kenapa pertemuan pertama ini
membuatku ingin menjumpainya terus dan terus seperti layaknya aku ingin melihat
matahari terbit. Kami pun semakin lama semakin akrab dan kami sering bermain
bersama. aku mulai tahu bahwa dia adalah murid kelas 3 SMA di SLB. Tapi aku
tidak pernah tahu dimana rumahnya karena dia tidak penah memberitahukan padaku.
Diluar ketidaksempurnaan matanya, dia memiliki wajah yang manis dan senyum yang
menawan. Kulitnya yang langsat dan postur badannya yang proporsional menutupi
ketidaksempurnaannya. Dia sempurna bagiku, dia gadis yang hebat dan kuat serta
periang dia mengajariku banyak hal tentang hidup. Aku menyadari kalau aku
mencintainya. Dan aku berniat menyatakan perasaanku hari ini. Kuharap dia tIdak
akan menolak ku.
***
Aku
berdandan Rapi dan tidak seperti biasanya. Aku tahu dia tidak akan melihatku mengenakan
baju serapi ini tapi aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuknya. Untuk
orang yang aku cintai. Ku bawa rangkaian bunga untuknya.walaupun dia tidak
melihat bunganya tapi dia dapat mencium harumnya.aku siap. Aku siap untuk
menyatakan perasaanku untuknya.
“ Rita?”
“iya?”
“ aku gak tau perasaan ini
muncul sejak kapan? Aku gak tau kapan aku mulai sayang sama kamu. Aku takut
kelihangan kamu. Aku tahu kamu gak pernah melihat wajahku. Mungkin aku tidak
cukup tampan seperti pengeran pujaanmu tapi aku siap, aku siap untuk menjadi
mata mu melihat indahnya dunia ini dan akan kugambarkan semuanya.maukah kamu
jadi pacar ku?”
“
Den, kamu pria yang baik. Dan aku tahu kamu sayang sama aku.aku tersanjung kamu
mau jadi mata buat aku. Tapi, aku gak bisa. Sebentar lagi aku akan pergi
setelah UNAS bulan depan dan melanjutkan pendidikan ku di tempat lain. Maaf”
“
tapi...”
“maaf,
aku harap kamu bisa ngerti.”
***
Sejak saat
itu aku tidak melihatnya lagi disana, diperempatan itu, tempat dimana kami bersama
menghabiskan waktu dengan tawa renyahnya. Aku rasa di mulai sibuk mepersiapkan
UNAS nya dan aku tidak akan menggangunya.Seminggu setelah UNAS, mbak nina menghubungiku
untuk datang ke tempat les karena ada yang mencariku.aku heran, tapi aku pun
segera kesana.
“
Ada apa mbak?”
“
ini Den, ada yang cari kamu.”
Aku menemukan sesosok ibu-ibu yang seumuran
dengan ibuku sedang menangis sedu dan menatap ku seraya berkata.
“
kamu Deni?”
“
iya. Ada apa ya bu?”
“
Deni, saya ibunya Rita. Rita sudah
Meninggal. Dia meminta ibu untuk mengabarimu di hari dia meninggalkan dunia
ini. Kanker otak telah merenggut nyawanya. Hikkksss..”
“
APA?!!!”
Dadaku terasa sesak dan hancur rasanya
perasaanku. Aku agak tau harus berkata apa lagi. Aku hanya menagis.aku tidak
tahu harus berbuat saat seseorang kita cintai pergi dan meninggalkan kita
dengan mendadak seprti ini. Hari terakhirku melihatnya, kini telah tiba.
***
Rita,
kini dedepanku hany terdapt jasadnya yang tetap terlihat periang manis dan
membuat jantungku selalu berdebar kencang saat didekatnya. Tak ada yang berubah
darinya, hanya sedikit pucat dan takbernyawa. Tak ada satu katapun yang dapat
keluar dari mulutku, seakan semuanya kata dan tenagaku pergi bersamanya.aku takbisa menahan air mataku dan kemudian. Gelap.
.... bersambung.......